Ketika Badai Menerpa, Mampukah Kamu Berdiri Teguh?
Kalangan Sendiri

Ketika Badai Menerpa, Mampukah Kamu Berdiri Teguh?

Claudia Jessica Official Writer
      3815

1 Petrus 5:6

Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.

Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 43; Kisah Para Rasul 15; Keluaran 35-36

Pada bulan Januari, sebuah badai es turun di negara kita. Saat hujan dingin yang membeku turun, lapisan es di pohon-pohon yang ada di pekarangan kami tumbuh semakin tebal. Kami menyaksikan dahan pohon bertambah berat karena menopang es, terkulai, lalu pecah dan jatuh ke tanah.

Pohon ceri di luar jendela rumah kami terlihat menyedihkan, tidak hanya karena kue pai ceri yang akan kami lewatkan jika pohonnaya mati. Namun pohon itu tampak menyedihkan. Batang gandanya terbelah di tengah.

Satu condong ke timur, dan yang lainnya condong ke barat. Dahannya semakin bengkok turun ke bawah. Aku terus memeriksanya, dan berharap untuk melihat seluruh pohon kusut dalam tumpukan. Kemudian, rantingnya menyentuh tanah. Tapi tidak patah.

Sebaliknya pohon yang kuat dan sehat yang setinggi lebih dari 50 kaki hancur. Karena badai ini, kami kehilangan lima pohon. Tapi pohon ceri kecil kami berhasil bertahan dan baik-baik saja. Faktanya, setelah beberapa hari kemudian, airnya mulai mencair, dahannya tumbuh lurus ke atas, meraih langit. Pohon itu utuh dan terlihat bagus.

Ketika aku membersihkan dahan yang patah, aku menyadari apa yang bisa kita pelajari dari pohon-pohon ini. Pohon ceri tampak sangat sedih ketika membungkuk ke tanah tapi dia tidak kehilangan banyak dahannya karena dia membungkuk.

Tekanan dari berat yang ditopangnya mejadi berkurang ketika dia membungkuk dan menggapai tanah. Begitu juga kita ketika menghadapi badai kehidupan, akan jauh lebih baik ketika kita supel (pandai menyesuaikan diri) dan mau merendahkan diri.

Itu bukan konsep baru. Bertahun-tahun yang lalu, Yesus mengatakan dalam Matius 23:12

"Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

Tapi melihat dari prinsip yang dilakukan oleh pohon-pohon itu membuatnya terlihat semakin jelas. Ada alasan lain mengapa dahan pohon ceri itu tidak patah. Mereka mendapat bantuan menahan beban. Ketika mereka membungkuk, mereka beristirahat di tanah.

Demikian juga ketika kita merendahkan diri kita dan berserah pada Tuhan, Batu kita, kekuatan-Nya diketahui dalam kelemahan kita.

"Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."

Ketika kita kita direndahkan oleh hal-hal yang berada di luar kendali kita, seperti es yang merendahkan pohon tadi, kita cenderung menyalahkan keadaan atau orang lain.

Bagaimanapun kemalangan yang menimpa kita bisa menjadi cara Tuhan mengalahkan kita. Menurut Yakobus, Tuhan merendahkan orang yang sombong. Ketika kita bangga, kita tidak hanya memikul beban saja, kita juga berjuang melawan tangan Tuhan.

Yesaya menggunakan pohon untuk menggambarkan perlawanan Allah terhadap orang yang sombong: (Yesaya 2:12-13,17)

Sebab TUHAN semesta alam menetapkan suatu hari untuk menghukum semua yang congkak dan angkuh serta menghukum semua yang meninggikan diri, supaya direndahkan;

untuk menghukum semua pohon aras di Libanon yang tumbuh meninggi dan tetap menjulang, dan menghukum semua pohon tarbantin di Basan;

Manusia yang sombong akan ditundukkan dan orang yang angkuh akan direndahkan; hanya TUHAN sajalah yang maha tinggi pada hari itu.

Proklamasi Yesaya terdengar keras dan pasti. Bagaimana pun, gangguan bisa dihindari. Kita tidak harus direndahkan oleh Tuhan. Jika kita seperti pohon ceri, segeralah bersujud dan cari bantuan Tuhan, Dia akan mengangkat dan meninggikan kita ketika Dia ditinggikan.

Aku bersyukur atas pohon ceri kecil itu, bengkok namun tidak patah. Melalui itu, aku menemukan kunci anugerah Tuhan. Aku membutuhkan semua anugerah yang bisa kudapatkan.

Hak Cipta © Kay Camenisch, digunakan dengan izin.

Ikuti Kami